Kamis, 23 Desember 2010

PUMP IT UP Terbaru: FIESTA EX


            Bagi anda para penggemar game Pump It Up berbahagialah. Sebentar lagi ANDAMIRO selaku produser game ini akan meluncurkan produk barunya, Fiesta Ex. Beberapa pihak telah mengklaim bahwa ini 'Fiesta Ex’ adalah suatu 'seri' baru dan bukan suatu 'penambahan' dari seri yang sebelumnya. Namun tak sedikit orang yg 'menganggap' ini sebagai file update yg bisa didownload seperti pada waktu updating 1.10 Fiesta 2010.
            Dilihat dari Teaser yg muncul tersebut, saya langsung beranggapan, ini memang adalah 'seri dengan wajah baru. Dari logo dan dari daftar lagu yang dimunculkan bisa langsung terbaca, 2011 EX adalah seri yang membutuhkan 'ukuran file yang tidak cuma 2GB, atau 4GB'. Tapi ini murni harus menggunakan update kit dengan harga dan biaya yang tidak murah.
Kita bergeser kepada 'saudara' Pump It Up, Dance Dance Revolution (DDR, red.). Saya masih ingat ditahun 2000an, ada seri DDR yang mirip sejarahnya dengan PIU Fiesta 2011 EX. Teman-teman yang bermain DDR sejak awal tahun 2000an pasti tak asing dengan seri Dance Dance Revolution 4th MIX...
Apa yang terjadi? Setelah mengeluarkan DDR 4thMIX, Konami mengeluarkan seri tambahan seri untuk beberapa wilayah (negara), bahkan saya jarang sekali melihat seri tambahan ini ada di Indonesia. Kemunculan Dance Dance Revolution 4th MIX PLUS memang tidak terlalu menggemparkan seperti kemunculan Fiesta Ex.
Kembali ke Teaser Fiesta Ex. Ada kata-kata 'update system memakai USB'. Saya tersenyum membacanya. Gara-gara kata inilah yang membuat para 'updaters' gempar. Mereka beranggapan jika kata-kata ini menjadi jawaban misteri 'Update USB atau Upgrade KIT?.
Makin menarik jika dilihat website khusus Fiesta 2010 ternyata belum juga komplit. Ada beberapa hal yang masih berstatus 'coming soon' disana. Hal yang 'coming soon' itu berhubungan dgn USB yang sering kita pakai. Silahkan cek di web piugame.com ada link di web khusus FIESTA yang belum tersedia. Tapi web utk FIESTA EX sudah dibuat.

REVIEW Film Tron Legacy


Malang – Film TRON: Legacy merupakan sekuel dari film berjudul TRON yang rilis tahun 1982. TRON mendapat sambutan yang kurang baik pada saat itu, akan tetapi lambat laun menyandang status cult. TRON pun bisa berbangga karena disebut sebagai pelopor penggunaan efek visual yang menggabungkan animasi dan live-action ke dalam satu layar hampir tanpa cela (untuk masanya).
Tahun 2005, proyek sequel ini mulai dibangkitkan oleh Disney. Pada tahun 2008 di perhelatan Comic Con, ditampilkan sebuah klip sepanjang 2 menit yang merupakan sebuah test footage untuk TR2N (judul awal sebelum dirubah menjadi TRON: Legacy). Klip tersebut menarik perhatian banyak kalangan, karena selain klip tersebut terlihat menjanjikan. Sebelumnya tidak terdengar kabar bahwa Disney akan mebangkitkan kembali TRON melalui sebuah sekuel. Pada Comic Con 2009, klip serupa ditunjukkan kembali. Kali ini dengan menggunakan judul TRON: Legacy. Hal ini seperti sebuah konfirmasi dari pihak studio, bahwa sebuah sekuel sedang diproduksi dan akan rilis tahun 2010.
Ketika membuat film ini, Disney seperti melakukan perjudian besar dengan menggunakan sutradara debutan Joseph Kosinski untuk proyek sebesar TRON: Legacy. Kosinski merupakan sutradara spesialis iklan, khususnya yang terkait dengan CGI, seperti Halo versi Starry Night dan Gears of War versi Mad World. Pertimbangan ini yang diambil Disney untuk menggunakan Kosinski: Spesialisasinya di CGI. Pertaruhan Disney untuk menggunakan Kosinski bagi saya tampaknya kurang berhasil. TRON: Legacy memang menjadi sebuah film yang mencapai prestasi teknis yang sangat baik. Akan tetapi, film ini terkalahkan di segi narasi cerita dan pengembangan karakter.
Tidak ada yang spesial dari plot TRON: Legacy. Semuanya sangatlah biasa. Pada akhirnya tema yang diangkat adalah tema standar yang sudah sering diangkat oleh beribu film lainnya, yaitu penguasaan dunia. Sebetulnya walaupun sebuah film memiliki plot yang biasa, terkadang banyak cara untuk menceritakannya agar sesuatu yang biasa itu menjadi berbeda. Usaha ini tidak dilakukan oleh penggagas ide cerita Edward Kitsis, Adam Horowitz, Brian Klugman, dan Lee Sternthal.
Selama durasi film berjalan, cerita berjalan datar tanpa adanya lompatan atau kejutan. Pengembangan karakter pun tampaknya tidak dipikirkan oleh mereka. Hal ini berakibat pada akting para pemain yang seolah 'apa adanya', tanpa jiwa, dan berujung pada karakterisasi yang lemah.
Translasi cerita ke dalam naskah pun bisa disebut suatu kegagalan. Dialog yang terucap terkesan tanpa bobot dan datar. Hal ini berakibat pada jeleknya chemistry antar pemain yang seharusnya bisa digali lebih dalam mengingat adanya sub-tema hubungan ayah dan anak. Bahkan Jeff Bridges pun sepertinya tidak bisa mengembangkan karakternya. Dia terkesan seperti aktor yang baru memerankan beberapa film, terkesan amatir saat mengucapkan dialog, dan gagal menjadi sosok yang rindu akan anak yang tak pernah ditemuinya selama lebih dari 20 tahun.
Lalu, apa yang bisa dinikmati dari film ini? Jawabannya: Tampilan visual. Indah, tak bercela, dan keren. Saya akui, Kosinski bermain di arena keahliannya. Visual effect yang disajikan tampak menakjubkan. Dunia Grid tampak nyata tapi surealis di saat yang bersamaan. Light cycle yang dulu tampil di prekuelnya, kembali hadir dengan disain baru yang lebih futuristik dan elegan. Grid disajikan dalam bentuk struktur indah dengan kemilau cahaya yang gemerlap. Dan salah satu prestasi terbaik Kosinski dan tim spesial efeknya adalah, mengembalikan 'usia' Jeff Bridges sebanyak 28 tahun.
Kosinski sendiri menggunakan teknologi kamera 3D yang lebih canggih dibandingkan dengan yang digunakan James Cameron untuk film Avatar. Akan tetapi jika dibandingkan Avatar, efek 3D yang dihasilkan masih satu tingkat di bawahnya. Ini semata karena Avatar memiliki banyak detail dalam setiap frame gambarnya, termasuk palet warna yang sangat beragam. Sedangkan TRON: Legacy cenderung monoton, dengan pewarnaan yang gelap. Walau begitu, menyaksikan film ini dalam versi 3D menurut saya adalah keharusan. Karena jika disaksikan dalam versi 2D, anda tidak akan mendapatkan apapun selain tontonan lampu neon berpendar yang (mungkin) membosankan.
Selain tampilan visualnya yang memuaskan, prestasi terbak film ini ada pada scorenya yang ciamik dan luar biasa hasil komposisi duo Daft Punk. Hollywood tampaknya kini semakin berani melirik pemusik yang bukan spesialis music score, setelah baru-baru ini menggunakan Trent Reznor dan Atticus Ross untuk film The Social Network.
Duo Daft Punk sendiri menciptakan komposisi yang indah dengan memadukan musik elektronik khas milik mereka dengan orkestrasi yang terkadang lembut tetapi terasa megah; ataupun dengan musik yang menghentak dengan tempo yang cepat. Di saat filmnya tidak mampu bercerita dengan baik, lain halnya dengan music score-nya yang memiliki kekuatan untuk menggambarkan dunia The Grid secara sempurna. Entah, mungkin saking kuatnya impresi yang dihadirkan Daft Punk melalui score-nya, pada akhirnya saya lebih merasa menyaksikan konser Daft Punk yang diiringi pertunjukan 3D yang indah dibanding menyaksikan sebuah feature film.
Pesan saya bagi yang ingin menyaksikan film ini, set ekspektasi anda pada level terendah. Film ini semata hanyalah sajian visual (dan audio) yang menakjubkan, akan tetapi sayangnya tak mampu bercerita. Salahkan pada plot yang lemah, dialog yang tak berbobot, dan pengembangan karakter yang tersingkirkan yang membuat film ini kehilangan hati dan jiwanya. Tidak cukup buruk untuk menjadi kekecewaan di akhir tahun, tapi tidak cukup kuat untuk menjadi yang terbaik


Hobby and Toys Festival Gemparkan Surabaya


            Surabaya – Kota Surabaya kembali diramaikan oleh event yang bertemakan hobi dan mainan, yaitu Hobby and Toys Festival. Event yang dilaksanakan di Convention Hall Tunjungan Plasa ini sukses menarik minat para pengunjung. Event yang diadakan pada tanggal 15-19 Desember 2010 ini, terdapat beberapa macam acara mulai dari tattoo show hingga bikeberry show.
 
          Acara ini diramaikan oleh berbagai atraksi seperti talent Pico IMB, VJs oleh SBO TV, band dari kojtsu, dan lomba cosplay yang dilaksanakan oleh cosura. Selain itu juga terdapat lomba game bagi para gamer di Surabaya. Acara yang di mulai pukul 14.00-21.00 WIB ini, diselenggarakan oleh pihak Tunjungan Plaza bekerja sama dengan Cosura (komunitas cosplay di Surabaya).
          Tujuan diadakannya event ini adalah ingin mengumpulkan semua komunitas yang berhubungan dengan tema acara dan event ini merupakan salah satu event bulanan milik Tunjungan Plaza.

Coca-Cola Sound Burst 2010 Getarkan Surabaya


            Surabaya Konser yang menghadirkan bintang-bintang papan atas Indonesia kembali hadir. Kali ini Cola-cola menggelar Coca-Cola Sound Burst 2010. Konser yang meriah ini berlangsung Sabtu (11/12) di pantai Kenjeran, Surabaya. Puluhan ribu pecinta musik di sekitar Surabaya dan sekitarnya berbondong-bondong dating memenuhi venue.
           Rencananya akan dilanjutkan ke Jogjakarta. Tetapi konser di Jogjakarta batal dikarenakan bencana Mer Dengan mengusung tema “Teens Refreshing Music Experience” Coca-cola memfasilitasi dahaga musik para remaja di Surabaya. Dengan mendatangkan 50 band dari seluruh Indonesia seperti The S.I.G.I.T, Sherina Munaf,Naif, Nidji, The Changcuter, The Brandals, Netral seta juga Mew band asal Denmark yang merupakan Guest Star dalam acara Soundburst Surabaya. Acara berlangsung teratur meskipun waktu menjadi molor. Acara ditutup oleh penampilan yang fantastik dari Mew yang membawakan 15 lagu.
         Coca Cola Soundburst merupakan konser yang diadakan oleh Coca Cola dan berencana akan diadakan tiap tahun. Pada tahun pertama ini diselengarakan di lima kota besar di Indonesia yakni; Denpasar, Jogjakarta, Jakarta, Padang dan Makassar. Setelah sukses di Denpasar Soundburst, konser dilanjutkan menuju Jogjakarta. Namun hal itu gagal dilaksanakan karena bencana gunung Merapi. Konserpun dipindahkan ke Surabaya.

Mengais Rejeki dengan Sodoran Tangan

            Wanita itu terlihat lelah setelah sekian lama duduk sambil memegang wadah yang terbuat dari plastik. Dengan wajah mulai menua dan tenaga yang tak sekuat dulu, ia mencari belas kasihan kepada orang-orang yang melewatinya. “Sedekahya mas,” Itulah kata yang hampir setiap hari bisa kita dengar ketika kita akan memasuki pintu gerbang Universitas Brawijaya khususnya gerbang yang berada di dekat Fakultas Peternakan (Fapet, red.). Ibu itu merupakan salah satu dari beberapa orang pengemis yang setiap harinya meminta sedekah di tempat tersebut.
            Saat ini mengemis bukan hal yang biasa, terbukti dengan banyaknya pengemis yang muncul setiap harinya. Tidak hanya satu bahkan lebih.. Bagi para peminta-minta, mengemis mereka jadikan sebagai pekerjaan tetap. Setiap harinya mereka berada di tempat yang sama untuk melakukan pekerjaanya. Para pengemis yang setiap hari ada kebanyakan wanita yang telah lanjut usia, yang mungkin sudah tidak mampu untuk melakukan pekerjaan yang lain.
            Kehidupan para pengemis tersebut sangat menyedihkan. Tak sedikit dari orang-orang atau mahasiswa yang sedang berlalu lalang hanya melewati mereka. Tak banyak pula yang sejenak merelakan sedikit uang untuk mereka. Mungkin karena saking terlalu sering mereka para pengemis tersebut berada di tempat itu sehingga membuat orang-orang yang melewatinya banyak yang mengacuhkannya.
Mungkin inilah kegagalan pemerintah dalam mengatasi masalah kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Program pengentasan kemiskinan yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa tahun lalu ternyata tidak sampai ke daerah-daerah seperti Malang. Atau bahkan mungkin program tersebut memang belum terlaksanakan hingga saat ini.
           Terbukti dengan banyaknya warga yang yang masih miskin, terutama dengan banyaknya orang-orang yang lebih memilih untuk menyodorkan tangan mereka untuk mengais rejeki demi sesuap nasi. Semoga pemerintah segera sadar akan realita yang ada di masyarakat dan segera mengatasinya.(dm)

Rabu, 22 Desember 2010

Mayor dan Indie


           Bicara tentang musik, tidak hanya berkisah tentang sebuah band ataupun aliran music. Kita bisa merubah sudut pandang kita dengan menelusuri perkembangan music di Indonesia sekarang ini. Perkembangan music Indonesia, bisa saya bilang “lagi dalam masa subur”. Mengapa saya berkata demikian? kita ambil beberapa indicatornya:
  1. Banyak penyanyi baik itu solo maupun grup music yang muncul belakangan ini.
  2. Acara-acara music yang sering kita nikmati di televisi.
  3. Prestasi para musisi negeri kita di luar negeri.
          Dari beberapa indikitor tersebut, bisa saya simpulkan musik dalam negeri ini lagi “in”. Namun, sayangnya tumbuh kembangnya musik negeri tidak diimbangi dengan kualitas yang mumpuni dari sang artis. Saya tidak perlu menunjukkan pelaku, mungkin anda sendiri sudah tahu siapa yang saya maksud. Anda benar, salah satunya kangen band.
           Dengan musik yang kemelayuan, mereka membagi para pendengar musik di Indonesia menjadi dua. Satu hal menyukai musik kemelayuan tersebut, di satu sisi lain mereka mengolok, mencaci Kangen band. Saya cenderung melihat, hal ini mengacu kepada segmentasi.
           Para pendengar musik Kangen, cenderung merupakan anak usia remaja terutama perempuan. Kita bisa lihat dalam acara-acara musik seperti Inbox, Mantap dll. Dimana ketika band-band dengan aliran yang sama dengan kangen, mereka dielu-elukan. Namun, meskipun diolok, dicaci maki dsb. Musik mereka masih diterima masyakarat pada umumnya. Albumnya dibeli banyak orang, RBT meningkat dll. Karena mereka realistis, musik mereka jadikan sebagai tulang punggung pekerjaan. Jadi dunia kerja mereka ada pada bermusik.
           Industri musik di Indonesia sekarang ini menurut saya dibagi menjadi dua, mayor dan indie. Beberapa contoh band-band mayor Indonesia antara lain Nidji, d’masiv dkk. Sedangkan beberapa band indie, Efek Rumah kaca, THE S.I.G.I.T, White Shoes and the Couples Company.
           Sebenarnya dalam bermusik mereka tidak berbeda, namun dalam proses untuk menjadi dikenal public dalam segmen luas mereka berbeda. Band-band mayor, dikontrak oleh label besar untuk membuat album. Sedangkan band indie, mereka biasanya membuat album sendiri tanpa bantuan dari label atau membuat label sendiri contohnya Efek Rumah Kaca yang membuat Jangan Marah record.
           Masuk dalam aliran musik, band-band mayor cenderung menampilkan musik pop dan bertemakan cinta ketika tampil di dalam publik. Bahkan ada sedikit guyonan dari Efek Rumah kaca yang ditampilkan dalam sebuah lagu berjudul Cinta Melulu. Lagu ini bercerita mengenai perkembangan musik Indonesia yang didominasi oleh cinta. Berbeda dengan Indie, yang bebas dalam berkarya. Dalam musik indie, kita bisa mendengar berbagai aliran musik. Mulai dari jazz, folk, metal, underground dll. (ie)
NB: Semoga tulisan ini bisa memberikan info dan ilmu bagi anda yang membacaya. Apabila ada salah kata dan kritik, saya minta maaf yang sebesar-besarnya dan siap menerima sharing dari anda. Terima kasih.



FISIP Raih 1 penghargaan di Gebyar Festival Tari Brawijaya


            Malang - Kontingen FISIP kembali gagal membawa pulang juara umum dalam acara Gebyar Festival Tari (GFT, red.) di gedung Samantha Krida Brawijaya (14/12). Juara umum diraih oleh fakultas Teknologi Pertanian. FISIP hanya mendapatkan nominasi dalam naskah terbaik yang dinilai oleh para juri.
            Membawakan tarian kontemporer, FISIP menempati urutan ke-4 yang tampil. Memakai kostum biru dengan bawahan putih, mereka tampil sekitar pukul 20.45 WIB. Tarian yang ditampilkan berjudul Cintra. CIntra menceritakan bagaimana seorang wanita yang ingin melampiaskan keinginannya untuk bercinta. Namun, hal itu urung dilakukan karena dia berada di pengungsian akibat bencana alam.
           Menurut Puput pelatih dari kontingen FISIP, kurangnya persiapan yang matang menjadi problem. Persiapan yang kurang dari 2 minggu menurutnya sulit untuk mengeksplor gerakan tarian yang lebih menarik. Hal itu diamini oleh para penari yang berjumlah lima orang dan para pengrawit. Untuk FISIP, GFT kali ini merupakan penurunan prestasi, karena tahun sebelumnya berhasil membawa pulang penghargaan koreogafer dan penampil terbaik.
           GFT merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh pihak Universitas Brawijaya. GFT kali ini merupakan yang ke-18 sejak tahun 1992. Hal ini menunjukkan Universitas Brawijaya tidak hanya unggul dalam bidang IPTEK, namun juga budaya. GFT dilaksanakan selama 2 hari, yaitu (14/12) khusus untuk antar fakultas dan (15/12) untuk SMA se-Jawa Timur.